MUSIK-ROH-MANTIQ (Pengantar Mengenali Musik dalam Dimensi Kasat dan Misterius)

08-06-2020 12:45

Art Music Today


Art Music Today Image

Oleh: Reza Zulianda

 

Manusia mampu memaknai musik melalui dua dimensi, dzahir dan bathin. Dzahir adalah yang serba fisik dan tampak jelas, misalnya mendengar lalu otomatis bergoyang. Bathin adalah yang serba metafisik dan abstrak (mendengar lalu menangis). Dalam bentangan dua kutub yang selalu tarik-menarik itu, musik akan menemui maknanya bagi kehidupan manusia.

Jika kita lihat bentuk-bentuk aktivitas manusia dalam kebudayaan tradisional, maka musik sering muncul sebagai jembatan untuk menuju gerbang-gerbang spiritual. Dalam ritual adat maupun keagamaan misalnya, seringkali kita menemui musik turut dilibatkan di sana, baik secara utuh maupun samar-samar.

Sebagai contoh di Kepulauan Riau ada sebuah “pusaka” terkenal bernama Gurindam 12. Pusaka dalam bentuk sastra Melayu lama hasil karya Raja Ali Haji ini terdiri dari 12 pasal. Setiap pasal memiliki makna sesuai dengan kadar makrifah tertentu, dimulai pada asas-asas yang fundamental (dzahir) hingga berangsur ke sesuatu yang ghaib-tersembunyi (bathin).

Teks dalam gurindam, apabila dilantukan dengan kebiasaannya, dapat dicerna sebagai sesuatu yang dzahir, dan bisa dimengerti dengan logika (mantiq), walaupun pada tiap-tiap letupan bunyi-kata yang diucapkan serta gerak melodinya memiliki daya pikat yang sebenarnya sangat bersifat abstrak. Fenomena ini pula yang terjadi pada beberapa kelompok sufi, yang percaya pada ajaran “sauti sarmad”, yaitu adanya suara di tataran abstrak. Hanya mereka yang terpilih (Nabi), yang  dapat mendengarnya.

Pernahkah kita menangis saat mendengar musik? Atau tersinggung lalu risih dan marah jika mendengar musik? Terlepas dari musik yang kita dengar menggunakan lirik atau tidak, atau apapun pengalaman kita ketika mendengar musik, itu petanda bahwa indra pendengaran kita berfungsi dengan baik dan perlu disyukuri.  

Indikator dari hal tersebut adalah, kita sadar bahwa telinga telah menjadi gerbang utama yang menerima bunyi yang telah lebih dulu merambat di udara, lalu menggetarkan gendang telinga, hingga tersebar ke seluruh bagian tubuh, baik dzahir maupun bathin. Otak adalah contoh bagian tubuh yang dzahir, yang dapat bergetar oleh fenomena akustik, di sana juga bersemayam sesuatu yang bathin (akal), yang kemudian dapat mengelola hasil getaran tersebut untuk membentuk makna sesuai pengalaman setiap manusia.  

Hati juga memiliki dua sisi. Contohnya terdapat fakta bahwa ada penyakit kanker hati dan “penyakit” iri hati. Artinya terdapat hati secara fisik yang dapat menawar racun, maupun hati yang bathin, di dalamnya bersemayam nafsu maupun perasaan.

Kembali kepada relasi musik dan spiritual. Aktivitas sholawatan bagi pemeluk agama Islam juga menjadi contoh yang relevan. Sholawatan adalah ungkapan rindu dan kecintaan kepada Nabi Besar Rasulullah SAW, caranya adalah dengan berkumpul melantunkan pujian. Ada keindahan dari perpaduan syair dan rebana maupun tarbangan. Semua itu mampu membikin hati gembira hingga meneteskan air mata.

Ada beberapa pertanyaan: Bagaimana mungkin musik mampu membuat hati orang gembira sedemikian rupa? Bukankah musik itu hanya bersandarkan suara maupun bunyi, yang di dalam fisika hanyalah berupa gelombang atau hasil dari getaran? Bagaimana mungkin orang-orang menangisi sesuatu yang tak tampak di pelupuk matanya?

Pertanyaan itu kemungkinan besar tak akan mampu dijelaskan dengan akal utuh, sebab akal itu sendiri bersemayam di bawah sesuatu yang ghaib lainnya, yaitu Ruh. Ruh sendiri merupakan penggerak bathin manusia.

Orang-orang bijak sering berkata kurang lebih demikian:

“Bahwa perasaan hatimu tidak akan pernah bisa berbohong, sementara lidahmu bisa. Setiap sesuatu yang fitrah juga akan mampu menggetarkan kefitrahan yang lain (simpatetik).”

Musik dalam dimensi spiritual tidak hanya hadir sebagai sebuah praktik yang lahiriah, namun lebih daripada itu, menyentuh yang bathin, yang ghaib. Musik mampu memberikan warna kepada perasaan dan emosi seseorang ketika mendengarnya. Itu adalah kebenaran yang tidak bisa kita tolak, meskipun rasa sangat bersifat subjektif. [] *Penulis adalah musikus dan komponis, tinggal di Pontianak.

Musik untuk didengarkan: 

https://www.youtube.com/watch?v=eJwSZIajEvI&feature=share&fbclid=IwAR0OFsdIa0Up5HzjgERlTrZEytfBWkXjRwn9tdWOm7oVn8FK6t3-tDLFLEU

Foto: Tangkapan layar dari video Dhafer Youssef

Editor: Erie Setiawan 

 

 

3208 x dilihat

Prev Next

Login Member

forgot password?
Kabar Berita
PERJALANAN BUNYI YUDANE

5059 x dilihat