16-12-2024 23:44
Art Music Today
Pada awal dekade 90-an disiplin antropologi mendapat serangan besar, menyangkut konsep kebudayaan yang digunakan dan etnografi sebagai model presentasi. Konsep kebudayaan dalam tradisi Boasian dan etnografi Malinowskian yang menjadi anutan selama beberapa dekade dalam disiplin ini, serta merta dianggap mengidap penyakit esensialisme dan reifikasi. Salah satu kelemahan penggunaan konsep “kebudayaan” seperti itu ialah, gagal mengangkat muatan kekuasaan yang bersembunyi dalam kebudayaan. Diilhami oleh anjuran agar antropologi belajar pada studi budaya yang mengangkat produksi dan reproduksi bentuk budaya sebagai permasalahan, tulisan ini mencoba melihat bagaimana kebudayaan sebagai terumbu karang (coral reef) tempat besembunyi kekuatan ideologis dan hegemonik.
Kasus pertunjukan wayang kulit yang dilihat sebagai sebuah teks menyediakan bukti bagi penelitian ini; bahwa dalam bentuk budaya (cultural form) tersebut tersembunyi kekuatan ideologi yang hegemonik bercorak penyiapan penanda-penanda (signifiers) sekaligus petanda (signified) tentang sebuah struktur dunia berupa negara di mana posisi paling superior ditempati oleh raja yang (harus) disangga oleh kesatria. Secara tak terkatakan dan tanpa sempat dipertanyakan, petanda dan penanda ini memasuki ruang-ruang kognisi orang Jawa dan menjadi pandangan dunia. Sebagai “kau” dari wacana, penonton ternyata tidak serta merta menyetujui penanda dan petanda yang disiapkan oleh subject of speech dalam teks. Melalui tokoh punakawan yang tampil dalam adegan gara-gara dan limbukan, penonton menentukan sendiri signifiers dan signified bagi struktur dunianya. Di sini mereka menemukan ruang untuk menjadikan dirinya sebagai subyek dalam kerangka wacana tentang negara. Struktur dunia yang ditampilkannya bercorak datar, dengan ciri: para tokohnya terdiri dari orang biasa, melibatkan penonton secara langsung, bercerita tentang ihwal keseharian, menggunakan bahasa ngoko yang juga merupakan bahasa keseharian yang cenderung kasar, dan lebih dari itu bersifat lucu yang tidak serius, apalagi formal.
Dalam rumusan yang singkat: Kebudayaan bukan saja merupakan arena dialog, pertentangan bagi suara-suara dari berbagai kelompok dan individu untuk berebut dan menentukan ruang makna; lebih dari itu kelompok-kelompok atau individu-individu itu memiliki peluang dan mencoba untuk masuk menjadi subyek yang berarti dalam teks itu.
551 x dilihat
411 x dilihat
1044 x dilihat
553 x dilihat
1099 x dilihat
1615 x dilihat
1201 x dilihat
1494 x dilihat
2700 x dilihat
1565 x dilihat
7392 x dilihat
2310 x dilihat
3361 x dilihat
1668 x dilihat
2357 x dilihat
2733 x dilihat
1798 x dilihat
1448 x dilihat
4673 x dilihat
6766 x dilihat
3344 x dilihat
2148 x dilihat
1712 x dilihat
1743 x dilihat
1970 x dilihat
1615 x dilihat
2321 x dilihat
1913 x dilihat
1672 x dilihat
11184 x dilihat
5042 x dilihat
2718 x dilihat
2503 x dilihat
5083 x dilihat
3921 x dilihat
© Copyright 2025 - Art Music Today